Minggu, 12 Agustus 2012

Sejarah Sumatera Barat

Sejarah Sumatera Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Dari zaman prasejarah sampai kedatangan orang Barat, sejarah Suma­tera Barat dapat dikatakan identik dengan sejarah Minangkabau. Walau­pun masyarakat Mentawai diduga te­lah ada pada masa itu, tetapi bukti-bukti tentang keberadaan mereka masih sa­ngat sedikit.

Daftar isi

Masa Prasejarah

Di pelosok desa Mahat, Suliki Gunung Mas, Kabupaten Lima Puluh Kota banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang dite­mukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah Lima Puluh Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni oleh nenek moyang orang Minangkabau. Penafsiran ini ber­alasan, karena dari luhak Lima Puluh Kota ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pu­lau Sumatera. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari zaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minang­kabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia (In­dochina) mengarungi Laut Cina Sela­tan, menyeberangi Selat Malaka dan kemudian melayari sungai Kampar, sungai Siak, dan sungai Inderagiri. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per­adaban di wilayah Luhak Nan Tigo (Lima Puluh Kota, Agam, Tanah Datar) sekarang.
Percampuran dengan para penda­tang pada masa-masa berikutnya me­nyebabkan tingkat kebudayaan mere­ka jadi berubah dan jumlah mereka ja­di bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka merantau ke berba­gai bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju Lubuk Sikaping, Rao, dan Ophir. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju Solok, Sijunjung dan Dharmasraya. Banyak pula di antara me­reka yang menyebar ke bagian barat, teruta­ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.

Kerajaan-kerajaan Minangkabau

Menurut tambo Minangkabau, pada periode abad ke-1 hingga abad ke-16, banyak berdiri kerajaan-kerajaan kecil di selingkaran Sumatera Barat. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Kesultanan Kuntu, Kerajaan Kandis, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Pasumayan Koto Batu, Bukit Batu Patah, Kerajaan Sungai Pagu, Kerajaan Inderapura, Kerajaan Jambu Lipo, Kerajaan Taraguang, Kerajaan Dusun Tuo, Kerajaan Bungo Setangkai, Kerajaan Talu, Kerajaan Kinali, Kerajaan Parit Batu, Kerajaan Pulau Punjung dan Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah berumur panjang, dan biasanya berada dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar, Malayu dan Pagaruyung.

Kerajaan Malayu

Kerajaan Malayu diperkirakan pernah muncul pada tahun 645 yang diperkirakan terletak di hulu sungai Batang Hari. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi di Kamboja, dan kemudian Negarakertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahkan oleh Raden Wijaya raja Majapahit pewaris kerajaan Singasari, sedangkan Dara Jingga dengan Adwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarman kemudian hari menjadi raja Pagaruyung.

Kerajaan Pagaruyung

Sejarah propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa pemerintahan Adityawarman. Ra­ja ini cukup banyak meninggalkan prasasti mengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja Minangkabau. Aditya­warman memang pernah memerintah di Pagaruyung, suatu negeri yang di­percayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
Adityawarman adalah tokoh pen­ting dalam sejarah Minangkabau. Di samping memperkenalkan sistem pe­merintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu sumbangan yang besar bagi alam Minangkabau. Kon­tribusinya yang cukup penting itu adalah penyebaran agama Buddha. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di Minangkabau. Ter­bukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini yang berbau Budaya atau Jawa seperti Saruaso, Pa­riangan, Padang Barhalo, Candi, Bia­ro, Sumpur, dan Selo.
Sejarah Sumatera Barat sepe­ninggal Adityawarman hingga perte­ngahan abad ke-17 terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Su­matera Barat dengan dunia luar, ter­utama Aceh semakin intensif. Sumate­ra Barat waktu itu berada dalam dominasi politik Aceh yang juga memo­nopoli kegiatan perekonomian di dae­rah ini. Seiring dengan semakin inten­sifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru mulai dimasukkan ke Sumatera Barat. Nilai baru itu akhimya menjadi suatu fundamen yang begitu kukuh melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Sumatera Barat. Nilai baru tersebut adalah agama Islam.
Syekh Burhanuddin dianggap sebagai pe­nyebar pertama Islam di Sumatera Barat. Sebelum mengembangkan aga­ma Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut ilmu di Aceh.

Kerajaan Inderapura

Jauh sebelum Kerajaan Pagaruyung berdiri, di bagian selatan Sumatera Barat sudah berdiri kerajaan Inderapura yang berpusat di Inderapura (kecamatan Pancung Soal, Pesisir Selatan sekarang ini) sekitar awal abad 12. Setelah munculnya Kerajaan Pagaruyung, Inderapura pun bersama Kerajaan Sungai Pagu akhirnya menjadi vazal kerajan Pagaruyung.
Setelah Indonesia merdeka sebagian besar wilayah Inderapura dimasukkan kedalam bagian wilayah provinsi Sumatera Barat dan sebagian ke wilayah Provinsi Bengkulu yaitu kabupaten Pesisir Selatan sekarang ini.

Masuknya bangsa Eropa

Pengaruh politik dan ekonomi A­ceh yang demikian dominan membuat warga Sumatera Barat tidak senang kepada Aceh. Rasa ketidak­puasan ini akhirnya diungkapkan de­ngan menerima kedatangan orang Belanda. Namun kehadiran Belanda ini juga membuka lembaran baru sejarah Sumatera Barat. Kedatangan Belanda ke daerah ini menjadikan Sumatera Ba­rat memasuki era kolonialisme dalam arti yang sesungguhnya.
Orang Barat pertama yang datang ke Sumatera Barat adalah seorang pelan­cong berkebangsaan Perancis yang ber­nama Jean Parmentier yang datang sekitar tahun 1529. Namun bangsa Ba­rat yang pertama datang dengan tu­juan ekonomis dan politis adalah bang­sa Belanda. Armada-armada dagang Belanda telah mulai kelihatan di pan­tai barat Sumatera Barat sejak tahun 1595-1598, di samping bangsa Belan­da, bangsa Eropa lainnya yang datang ke Sumatera Barat pada waktu itu ju­ga terdiri dari bangsa Portugis dan Inggris.

Perang Padri

Perang Paderi meletus di Minangkabau antara sejak tahun 1821 hingga 1837. Kaum Paderi dipimpin Tuanku Imam Bonjol melawan penjajah Hindia Belanda.
Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.
Perang ini dipicu oleh perpecahan antara kaum Paderi pimpinan Datuk Bandaro dan Kaum Adat pimpinan Datuk Sati. Pihak Belanda kemudian membantu kaum adat menindas kaum Padri. Datuk Bandaro kemudian diganti Tuanku Imam Bonjol.
Perang melawan Belanda baru berhenti tahun 1838 setelah seluruh bumi Minang ditawan oleh Belanda dan setahun sebelumnya, 1837, Imam Bonjol ditangkap.
Meskipun secara resmi Perang Paderi berakhir pada tahun kejatuhan benteng Bonjol, tetapi benteng terakhir Paderi, Dalu-Dalu, di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, barulah jatuh pada tahun 1838.

Dari Perang Padri sampai Perang Belasting

Berakhirnya perang Padri menandai perubahan besar di Minangkabau. Kerajaan Pagaruyung runtuh dan di tempatnya berdiri pemerintahan Hindia Belanda.
Belanda memerintah diatur oleh perjanjian Plakat Panjang (1833). Di dalamnya Belanda berjanji untuk tidak mencampuri masalah adat dan agama nagari-nagari di Minangkabau. Belanda juga menyatakan tidak akan memungut pajak langsung. Hal ini menyebabkan para pemimpin Minangkabau membayangkan dirinya sebagai mitra bukannya bawahan Belanda.
Sebagaimana di daerah lain di Hindia Belanda pemerintah kolonial memberlakukan Tanam Paksa (cultuurstelsel) di Sumatera Barat. Sistem ini menjadikan para pemimpin adat sebagai agen kolonial Belanda.
Penjajahan Belanda berpengaruh besar pada tatanan tradisional masyarakat Minangkabau. Di Sumatera Barat Belanda membuat jabatan baru, seperti penghulu rodi. Kerapatan Nagari dijadikan sebagai lembaga pemerintahan terendah, dan kepemimpinan kolektif para penghulu ditekan dengan keharusan memilih salah seorang penghulu menjadi Kepala Nagari. Serikat nagari-nagari (laras, Bahasa Minang: lareh) yang sebenarnya merupakan persekutuan longgar atas asas saling menguntungkan, dijadikan sebagai lembaga pemerintahan yang setara dengan kecamatan.
Belanda juga berusaha mematikan jalur perdagangan tradisional Minangkabau ke pantai timur Sumatera yang menyusuri sungai-sungai besar yang bermuara di Selat Malaka, dan mengalihkannya ke pelabuhan di pantai Barat seperti Pariaman dan Padang. Pada tahun 1908 Belanda menghapus sistem Tanam Paksa dan memberlakukan pajak langsung. Perang Belasting pun meletus.

Gerakan Islam Modernis di Minangkabau

Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Barat pada awal abad ke-20 memiliki warna Islam yang pekat. Dalam hal ini gerakan Islam modernis atau yang lebih dikenal sebagai Kaum Muda sangat besar peranannya.
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di Kairo, yaitu Muhammad Abduh dan Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan juga senior mereka Jamaluddin Al-Afghani. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. Abdullah Ahmad mendirikan majalah Al-Munir (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Dari majalah ini pemikiran kaum muda semakin disebarkan. Ulama Kaum Muda menantang konsep agama tradisional yang sudah mapan, menentang taqlid buta, dan merangsang sikap kebebasan berpikir. Tulisan dan pidato mereka memicu pertentangan dan perdebatan sengit di ranah Minang.
Tahun 1918 sebagai kelanjutan perguruan agama tradisional Surau Jembatan Besi berdirilah sekolah Sumatera Thawalib. Selain pendirinya H. Abdul Karim Amrullah guru lain yang berpengaruh di sekolah ini adalah Zainuddin Labai el-Yunusiah yang juga mendirikan sekolah Diniyah. Berbeda dengan Sumatera Thawalib yang terutama adalah perguruan agama sekolah Diniyah menekankan pada pengetahuan umum, seperti matematika, ilmu falak, ilmu bumi, kesehatan dan pendidikan. Kedua sekolah ini berhubungan erat.
Banyak tokoh pergerakan atau ulama seperti Ahmad Rasyid Sutan Mansur, Djamaluddin Tamin, H. Dt. Batuah, H.R. Rasuna Said dan Hamka merupakan murid atau pernah mengajar di perguruan di Padang Panjang ini.
Di kedua perguruan ini berkembang berbagai gagasan radikal. Pada dasawarsa 1920-an sebuah gagasan baru mulai menarik hati para murid sekolah Padang Panjang: komunisme. Di Padang Panjang pentolan komunis ini terutama Djamaluddin Tamin dan H. Datuk Batuah. Gagasan baru ini ditentang habis-habisan Haji Rasul yang saat itu menjadi guru besar Sumatera Thawalib.
Gerakan Islam Modernis ini tidak didiamkan saja oleh ulama tradisional. Tahun 1930 ulama tradisional mendirikan Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) untuk mewadahi sekolah Islam Tradisional.

Gerakan Partai Komunis Indonesia

Djamaluddin Tamin sudah bergabung dengan PKI pada 1922. Dalam perjalanan singkat ke Aceh dan Jawa pada tahun 1923 Datuk Batuah bertemu dengan Natar Zainuddin dan Haji Misbach. Agaknya ia terkesan dengan pendapat Haji Misbach yang menyatakan komunisme sesuai dengan Islam. Bersama Djamaluddin Tamin ia menyebarkan pandangan ini dalam koran Pemandangan Islam. Natar Zainuddin kemudian kembali dari Aceh dan menerbitkan koran sendiri bernama Djago-djago. Akhir tahun itu juga Djamaluddin Tamin, Natar Zainuddin dan Dt. Batuah ditangkap Belanda.
Setelah penangkapan tersebut pergerakan komunis malah menjadi-jadi. Tahun 1924 Sekolah Rakyat didirikan di Padang Panjang, meniru model sekolah Tan Malaka di Semarang. Organisasi pemuda Sarikat Rakyat, Barisan Muda, menyebar ke seluruh Sumatera Barat. Dua pusat gerakan komunis lain adalah Silungkang dan Padang. Bila di Padang Panjang gerakan berakar dari sekolah-sekolah di Silungkang pendukung komunis berasal dari kalangan saudagar dan buruh tambang.
Sulaiman Labai, seorang saudagar, mendirikan cabang Sarekat Islam di Silungkang, Sawahlunto pada 1915. Pada tahun 1924 cabang ini diubah menjadi Sarekat Rakyat. Selain itu berdiri juga cabang organisasi pemuda komunis, IPO.
Di Padang basis PKI berasal dari saudagar besar pribumi. Salah satu pendiri PKI cabang Padang adalah Sutan Said Ali, yang sebelumnya menjadi pengurus Sarikat Usaha Padang. Di bawah kepemimpinannya mulai tahun 1923 PKI seksi padang meningkat anggotanya dari hanya 20 orang menjadi 200 orang pada akhir 1925.
Pertumbuhan gerakan komunisme terhenti setelah pemberontakan di Silungkang 1927. Para aktivis komunis ditangkap, baik yang terlibat pemberontakan ataupun tidak. Banyak di antaranya yang dibuang ke Digul.

Sumatera Barat: 1930-an

Merebaknya partai-partai politik

Meskipun komunisme menjadi sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama di Sumatera Barat. Atas prakarsa H. Abdullah Ahmad tahun 1924 berdirilah sekolah Normal Islam di Padang. Sekolah ini dimaksudkan sebagai sekolah lanjutan, lebih tinggi daripada Sumatera Thawalib yang merupakan sekolah rendah.
Setelah melawat ke Jawa tahun 1925 dan bertemu pemimpin-pemimpin Muhammadiyah di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang Muhammadiyah. Pertama di Sungai Batang dan kemudian di Padang Panjang. Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh Sumatera Barat.
Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan Ordonansi Guru di Sumatera Barat tahun 1928. Dengan ordonansi ini guru agama diwajibkan melapor kepada pemerintah sebelum mengajar. Peraturan ini dipandang mengancam kemerdekaan menyiarkan agama. Sebelumnya Muhammadiyah di Jawa sudah memutuskan meminta ordonansi ini dicabut. Pada tanggal 18 Agustus 1928 diadakanlah rapat umum yang kemudian memutuskan menolak pemberlakuan ordonansi guru.
Meskipun terlibat dalam penolakan Ordonansi Guru, berbeda dengan organisasi komunis seperti Sarikat Rakyat, pada umumnya Muhammadiyah menghindari kegiatan politik. Penumpasan gerakan komunis tahun 1927 menyebabkan banyak anggota Sarekat Rakyat atau simpatisannya berpaling ke Muhammadiyah mencari perlindungan. Para anggota yang lebih radikal ini tidak puas dan kemudian banyak yang keluar untuk aktif dalam Persatuan Sumatra Thawalib. Organisasi ini pada tahun 1930 menjelma menjadi partai politik bernama Persatuan Muslim Indonesia, disingkat Permi. Dengan asas Islam dan kebangsaan (nasionalisme) Permi dengan cepat menjadi partai politik terkuat di Sumatera Barat, dan menyebar ke Aceh, Tapanuli, Riau, Jambi dan Bengkulu. Partai ini menjadi wadah utama paham Islam modernis. Tokoh-tokoh Permi yang terkenal antara lain Rasuna Said, Iljas Jacub, Muchtar Lutfi dan Djalaluddin Thaib.
Partai lain yang juga penting adalah PSII cabang Sumatera Barat yang berdiri tahun 1928, dan PNI Baru. PSII Sumatera Barat seperti Permi sangat kuat sikap anti-penjajahannya. Namun tidak seperti Permi yang berakar dari perguruan agama tokoh-tokoh PSII umumnya berasal dari pemimpin adat.
Cabang PNI Baru di Bukittinggi diresmikan Hatta tak lama setelah kepulangannya dari Belanda tahun 1932. Sebelumnya cabang Padang Panjang sudah didirikan oleh Khatib Sulaiman.
PARI pimpinan Tan Malaka (didirikan di Bangkok 1929) punya pengaruh cukup besar, meskipun anggotanya sendiri tidak banyak. Pengaruh PARI terutama lewat tulisan Tan Malaka yang disebarkan sampai tahun 1936.

Penumpasan

Pada pertengahan 1933 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan larangan berkumpul. Yang menjadi sasaran utama di Sumatera Barat adalah Permi dan PSII. Sementara itu Rasuna Said sudah ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Jawa. Tokoh-tokoh Permi dan PSII awalnya dilarang bepergian, kemudian kedua partai dikenai larangan terbatas dalam mengadakan rapat umum. Pada akhirnya tokoh-tokoh Permi dan PSII ditangkap dan dibuang ke Digul. Permi akhirnya bubar pada 18 Oktober 1937.
Pada saat yang sama di Batavia tokoh-tokoh Partindo dan PNI Baru juga ditangkap. Sukarno diasingkan ke Flores, Hatta dan Sjahrir ke Digul. Pimpinan PNI Baru cabang Sumatera Barat sendiri dibiarkan bebas karena mereka membatasi kegiatan politik partai. Sementara itu tokoh-tokoh PARI berhasil ditahan Belanda yang bekerja sama dengan dinas Intelijen Inggris. Tan Malaka, pimpinannya, lolos.

Pendudukan Jepang

Jepang memasuki Padang pada 17 Maret 1942. Sukarno yang pada saat itu berada di Padang berhasil meyakinkan sebagian besar tokoh-tokoh nasionalis di Sumatera Barat agar mau bekerja sama dengan Jepang.
Tahun 1943 Jepang memerintahkan pendirian Gyu Gun untuk membantu pertahanan. Gyu Gun di Sumatera Barat dipimpin oleh Chatib Sulaiman yang memilih dan merekrut calon perwira dari Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Gyu Gun merupakan satu-satunya satuan ketentaraan yang dibentuk Jepang di Sumatera Barat. Tentara Sukarela ini kemudian menjadi inti Divisi Banteng.

Rujukan

Tambo Nagari

Tambo Nagari Bayang

 
 
 
 
 
 
Rate This


Pendahuluan
Ini merupakan tambo perbilangan uraian adat monografi nagari bayang yang diuraikan dalam kerapatan adat bayang nan tujuh koto dan kerapatan adat koto nan salapan

Nagari Bayang Nan Tujuh Koto dan Nagari Koto Nan Salapan
Pada tanggal 18 sampai 25 Mei 1915 telah bersidang kerapatan adat Nagari Bayang Nan Tujuh Koto dan Nagari Koto Nan Salapan, yang dipimpin oleh Pucuk Bulek Urek Tunggang nagari itu. Kedua kerapatan ini adalah atas perintah kepala pemerintah di painan, Asisten Residen Kepala Demang Painan, Si Musa Ibrahim yang disampaikan pada Asisten Demang Bayang, Sutan Tahar Baharuddin dan Kepala Tarumun, Gulai Datuk Maharajo Sutan, bekas guru pensiunan yang berasal dari Kinari dan diterima oleh pimpinan kerapatan adat Bayang Nan Tujuh Koto, Datuk Setia, penghulu pucuk bulek urek tunggang Bayang Nan Tujuh Koto dan kepala pimpinan kerapatan adat Koto Nan Salapan, Datuk Bagindo Sutan Basa, ganti penghulu Pucuk Bulek Urek Tunggang atau rajo di pulut-pulut dan kedua kerapatan ini dihadiri oleh anggota-anggota kerapatan dan orang tua-tua serta penghulu-penghulu yang tertua dan orang yang punya pangkat sepanjang adat, turunannya orang empat jenis dalam Nagari Bayang Nan Tujuh Koto dan Koto Nan Salapan. Turut hadir Demang Painan dan Asisten Demang Bayang dan guru-guru tarumun Datuk Maharajo Sutan.
Kedua kerapatan ini dimulai pada jam yang telah ditentukan untuk membicarakan kabarnya perintah :
  1. Sidang pertama diadakan pada tanggal 18 sampai 20 mei 1915 di balai panjang Koto Berapak dibawah beringin nan tigo batang. Sidang ini dihadiri oleh anggota kerapatan adat bayang nan tujuh koto sampai ke kapak rembai dan kandungannya, sampai ke amban (ambun) puruik yang dipimpin oleh datuk setia. Membicarakan tentang adapt monografi baying nan tujuh koto sampai ke kapak rembai dan kandungannya
  2. Sidang kedua diadakan pada tanggal 20 sampai 22 mei 1915 di Pulut-pulut bertempat di persinggahan, di pulut-pulut sampai ke taratak nan tigo dan koto nan tigo, dipimpin oleh datuk bagindo sutan basa, rajo di Pulut-pulut.
Sesudah kerapatan ini dibicarakan lebih lanjut dan menyelidiki serta meneliti secara mendalam dan menelusuri lebih jauh maka kedua persidangan ini (menghasilkan) keputusan dengan pendapat bersama sebagai berikut :
Keterangan
Sebagaimana keterangan yang diperdapat yang dikumpulkan dalam kedua persidangan ini menurut sepanjang waris yang dijawat, pusaka nan ditolong dari ninik mereka yang terdahulu dari penduduknya dan orang yang berpangkat sepanjang adapt, berasal dari nagari kubung tigo baleh atau koto nan tigo di darek yaitu :
  1. Kinari
  2. Muaro Paneh
  3. Koto Anau
Mula ninik turun ke baying
menurut sepanjang waris nan dijawat pusaka yang ditolong, dari ninik mereka yang terdahulu atau kata yang diterima dari orang tua dan penghulu-penghulu yang tertua di nagari baying ini, sejarahnya adalah sebagai berikut :
  1. turun dari koto nan tigo di darek
  1. dari kinari, niniknya bergelar dt. Nan bagajobiang, suku melayu
  2. dari muaro paneh, niniknya dt. Bakupiah ameh, suku tanjung
  3. dari koto anau, niniknya dt. Nan kiramaik, suku caniago
Hingga ke lubuk silau
Mereka turun ke keuda nagari itu yaitu baying nan tujuh koto dan nagari nan salapan dengan penduduknya seperinduan laki-laki dan perempuan serta penghulunya dan orangtuanya juga malin yang berempat ke pulut-pulut dan koto nan salapan terus ke baying nan tujuh koto.
Mereka turun mula-mula mendaki ke bukit kambuik, menurun ke danau nan dua yaitu danau diatas dan danau dibawah. Kemudian mereka meniti danau kembar itu melereng-lereng ke rawang silimau dan berjalan terus maka tibalah di sebuah bukit lalu mereka tinjau dari bukit it uterus kea rah kanan, tampaklah asap orang memarun dalam lurah yang amat dalam, sekarang disebut koto sebelas tarusan.
Setelah mereka melihat lurah itu sudah ditunggui orang mereka berpaling kea rah kiri lalu tertuju oleh mereka sebuah bukit karang, lantas mereka turuni bukit itu bersama-sama, sampai sekarang bukit tempat meninjau itu bernama bukit paninjauan.
Setiba mereka di bukit karang itu maka mereka layangkan pandangan jauh dan ditukikkan pandangan dekat maka terlihatlah oleh mereka sebuah lurah yang amat dalam dan luas, yang dilindungi oleh bukit barisan dan laut yang berombak-ombak. Di dalam lurah itu terlihatlah oleh mereka bayangan padi masak.
Kemudian mereka terus menuruni lurah itu. Setiba di tempat itu mereka lihat bayangan itu tapi bukanlah padi yang sedang masak melainkan daun ilalang yang sudah tua. Sampai sekarang bukit yang dicalik itu bernama bukit karang calik. Maka itulah sebabnya nagari baying diikrarkan dari kata ‘bayangan’.
Kemudian mereka terus melereng-lereng bukit meninjau ke limau purut sekarang sampai ke tanah tinggi yang sekarang disebut koto ranah limau purut, asalnya dari kata ‘purut koto nan tinggi’

Dan seterusnya mereka berjalan berarah-arahan sampai ke tanah yang sepadan dan berbatu-batu berpadat-padatan dikelilingi bukit barisan. Disinilah mereka berpandut-pandutan. Sepandut dari muaro paneh dan sepandut dari koto anau. Itulah sebabnya bernama pulut-pulut, berasal dari kata ‘berpandut-pandutan’.
Karena nagari sepandut itu daerahnya amat sedikit, berbatu-batu dan berbukit-bukit maka oleh ninik mereka sebagian dari penduduk, delapan orang penghulu, tiga orang lainnya dan empat orang malin dikepalai oleh seorang raja pengganti penghulu yaitu PBUT nan di darek ditinggalkan di pulut-pulut yaitu yang dari muaro paneh dan koto anau. Yang dari kinari tidak ditinggalkan di pulut-pulut dan itu pulalah sebabnya disebut koto nan salapan karena delapan orang penghulu pucuknya ditinggalkan di pulut-pulut.

Dan sebagian lagi dibawa oleh ninik mereka ke nagari baying nan tujuh koto sekarang. Waktu mereka berjalan maka terlihat oleh mereka sebuah lubuk yang sangat dalam. Arus lubuk itu mereka seberangi bersama-sama dan tibalah diseberangnya. Sampai sekarang tempat itu bernama lubuk silau, berasal dari kata menyilaukan.

Senin, 06 Agustus 2012

Tambo Luhak Kubuang Tigo BalehKecamatan Sapuluah Koto SingkarakNagari SumaniOrang Sumani menceritakan bahwa asal usulnama Sumani adalah dari kata “sumua (si) ani:.Si ani ada salah seorang diantara leluhurmereka. Dalam cerita mereka juga ada kisahpembangkangan 13 orang ninik mamak. Tapianehnya yang mengusir 13 ninik mamak ituadalah 2 tokoh pendiri Adat Minangkabausendiri (Datuak Katumanggungan dan DatuakParpatiah Nan Sabatang). Apa mungkin? Tidakdisebutkan kapan pengusiran itu terjadi. Suku2yang mendiami Sumani: Koto, Malayu, Guci,Mandaliko, Sumagek dan Balai Mansiang.Nagari Saniang BakaAda leluhur namanya si saniang. Setelahpenatakan si saniang melakukan pembakarankayu2 yang telah mengering. Asapnya mengepulke angkasa dan terlihat oleh orang di daerahperbukitan spt paninjauan. Maka dikatakanorang bhw si saniang sudah membakar. Makaakrablah terdengar si saniang mambakadisingkat menjadi saniang baka. Penatakandalam rangka membentuk taratak. 8 orang tokohyang turun ke negeri ini berasal dari parianganpadang panjang. Suku yang mendiami : Koto,Piliang, Sikumbang, Sumpadang (Supadang?),Balai Mansiang, Dan Sumagek.Nagari SingkarakMenurut cerita dulu Singkarak mempunyaiseorang raja yang dijuluki sebagai RajaSingkarak. Sebagian mengatakan bhw namasingkarak berasal dari baban jawi nan baserakdikarenakan gerobaknya rusak. Tapi menurutsaya ini sangat jauh panggang dari api. 3 orangleluhur mereka datang dari Nagari Aripan, 3orang lagi dari Cinangkik dan Sumpur(keduanya mungkin di Tanah Datar). Kemudiandatang 7 orang lagi. Awalnya 13 leluhur dankaumnya itu menetap di Koto Tuo. Kemudianturun ke singkarak. Singkarak terdiri dari 5dusun : Gajah, Dalimo, Lapau Pulau, Tampunik,Lembang, Alam Indah dan Alam Permai.Suku yang mendiami : Piliang (Sani, BatuKarang, Guguak), Tanjuang, TanjuangSumpadang (Jadi Sumpadang malakok ke SukuTanjuang), Tanjuang Batingkah (ada2 saja?).Nagari Tanjuang AlaiMenurut cerita Tanjuang Alai artinya tanjuangaa-lai (tanjuang apa lagi) setelah banyaktanjuang sebelumnya ampalu, bingkuang, balik,dan sibarundu. Daerah yang mula2 didiamiadalah Kapalo Koto—daerah pesantren Habibi.Nagari TikalakTikalak berarti penombok (maksudnya?). duluada sebuah pedati yang patah di daerah tepidanau, maka diambillah tanah tepi danau ituuntuk menambal pedati yang patah tsb. Dulutikalak satu lareh dengan Aripan. Tikalakmemisahkan diri dari aripan pada tahun 1800-an. Suku yang mendiami tikalak : Sumpadang,Sikumbang dan Jambak.Nagari KacangAda seorang leluhur bernama Gontiang KacangRasam. Maka diambil nama nagari dari namaleluhur tsb. Yang lain mengatakan bhw duluterkenal hasil pertanian mereka adalah kacangria dan limau kacang. Suku yang mendiami:koto-piliang, Limo Panjang, Ampek Niniak,Limo Niniak.Kecamatan Gunung TalangNagari Koto GaekJuga ada kisah 13 ninik yang diusir. 5 orangninik menyusuri Batang Sumani hingga SungaiNyalo. Di Sungai Nyalo menetap Supanjang,Sungai Napa dan Tanjuang. Lalu 2 orang ninikdijemput ninik mamak koto gaek (jadi di kotogaek sudah ada penduduk). Trus karenaperkembangan jumlah penduduk makadilakukan peninjauan (survey) makadikatakanlah paninjauan koto gaek. Adahamparan yang biasa digunakan untuk melaco(??) dikenal dengan dusun Koto Kaciak.Sebagian penduduk menyebar ke kapalo kotojawi2. Suku yang mendiami: Supanjang,Tanjuang, Caniago, Sungainapa.Nagari Jawi JawiNinik berasal dari Gunung Marapi. sebagianmengatakan jawi2 itu adalah nama pohonberingin. Sebagian mengatakan diambil darinama jawi hutan yang sering menampakkan diri,sering makan di sepanjang jalan solok. Dusun dinagari ini kapalo koto, balai oli (?), jari batu.Suku yang mendiami : Supanjang, Malayu,Caniago, Sungainapa.Nagari Aia Batumbuakleluhur mereka berasal dari Gunung Talang. Adasebuah mata air yang mengalir di daerah ini danalirannya bertumbuk pada perbukitan, sebuahkarang atau apa lah gitu.. dusun disini Madang,Koto Baruah, Lombah, Sangka Puyuah, KotoAteh. Suku yang mendiami : Tanjuang, Malayu,Aji (??) dan Caniago.Nagari Sungai JaniahSebenarnya bukan sungai tapi mata air yangjernih, simpanan air Gunung Talang yangbanyak terdapat di negeri ini. Dusunnya BungoTanjuang, Talago Dadok, Gurah. Sukumendiami : Piliang, Sikumbang, Jambak DanMalayu.Kecamatan IX Koto Sungai LasiNagari Sungai JambuaNinik berasal dari Gunung Marapi. Kotopertama yg dihuni adalah Koto Tingga. Jambuaberasal dari kata jambur2 atau perhiasan yangdigantungkan untuk upacara pesta. Ninikmamak yang terkenal adalah Dt Rajo Nan Putih.Suku mendiami : Caniago, Kutianyia danMandaliko.Nagari Guguak SaraiNinik berasal dari Tanjuang Balik melewatiJaruai dan menetap di Taratak Nan Tuo. Suku :Malayu, Supanjang, Dalimo Dan Caniago.Nagari Bukik BaihAwalnya datang 6 ninik dari Gunung Marapimelewati Solok Selayo, Bukit Tandang, LuakGadang. Bukit Tabisu dijadikan Koto Nan Tuo.Asal nama Bukik Tampek Baiyo.Suku : Koto, Piliang, Malayu, Dalimo, Payobada.Nagari Sungai DurianDi sungai yg berhulu di danau diatas terdapatsebuah durian yg tumbuh di tepinya. Awalnyadihuni Suku Malayu (Cubadak Malayu). Suku :Malayu, Tanjuang, Caniago, PanaiNagari InduduaNinik berasal dari Pasiliahan (Koto 10 Diateh).Bersuku Kutianyia di Taratak Kutianyia. AsalnyaInduak Duo (dua ninik). Suku : Kutianyia,Dalimo, Piliang, Malayu.Nagari Koto LawehAwalnya 3 orang ninik. Yg tua turun ke NagariKoto Laweh, yg tengah ke Guguak Sarai dan ygbungsu ke Sungai Jambua. Suku : DalimoRumah, Dalimo Ilia, Caniago Rumah, CaniagoIlia.Nagari PiangguAsal usul sudah tidak diketahui. Suku : Panai,Supanjang, Malayu, Caniago, Dalimo.Kecamatan KubuangNagari Tanjuang BingkuangBerasal dari tanjuang yang dilingkungi air(tanjuang balingkung). Ninik berasal dariPariangan. Penyebaran ninik : Gaung, Aripan,Kuncia, Singkarak, Saniang Baka. Nagari inimenganut aliran Bodi caniago sehingga tidakada balai adat. Suku : Caniago, Caniago PinangTaba, Malayu, Sikumbang, Ampek Paruik,Sumpadang, Balai Mansiang, Koto DanKutianyia.Nagari Gantuang CiriBerasal dari gantung dan ciri (gelang). Anakperempuan Dt Rajo Alam (Suku Jambak)kehilangan gelang yg digantungkan di cabangsebuah kayu dekat pemandian. Versi lainmenghubungan dengan ‘sandi limbago nanampek’ yakni ‘barih balabeh’, bungka naracocupak gantang dan suru gunjai. Masyarakat ygdatang dari timur disebut cupak gantang ygmenguasai perekonomian. Nagari merekadisebut Cupak. Sedangkan yg lain disebutGantang. Orang yg datang dari Padang sabalehmenguasai sosial budaya ‘suru gunjai (suri nanditanun, gunjai nan diuleh). Gantang surimenjadi gantuang ciri. Ketika Islam masuk, surigunjai diubah menjadi suri tauladan. Orangpadang sabaleh disebut memegang tauladan laluladan yakni di jawi2 sekarang.Gantuang ciri termasuk Konfederasi KubuangTigo Baleh :1. Solok2. Selayo3. Guguak4. Koto Anau5. Cupak6. Gantuang Ciri7. Kinari8. Muaro Paneh9. Gaung10. Panyakalan11. Sirukam12. Supayang13. Sariak Alahan TigoSolok, Guguak, Koto Anau, Gaung danPanyakalan merupakan Bodi Caniago (Koto Anaududuk seorang raja Dt Bagindo yg Pituanmenerapkan sistem Koto Piliang) maka Salayodan beberapa nagari menganut kelarasan KotoPiliang. Termasuk Gantung Ciri. Mereka adalah :Salayo, Cupak, Gantuang Ciri, Sirukam,Supayang, Kinari, Muaro Paneh dan SariekAlahan Tigo).Dulu Sir Thomas Stamford Raffles (GubernurEIC Pesisir Barat Sumatera) dalam perjalananke Simawang utk menobatkan Tuan Gadih PutiReno Sumpua untuk membatalkan pemerintahandi Minangkabau pemerintahan mulai tidakberfungsi. Thomas menginap di Gantung Ciri.Suku : Piliang, Jambak, Caniago, Bendang,Bendang Malayu dan Tanjuang Guci.Nagari Koto IlalangSebelumnya ninik tinggal di koto tingga.Kemudian pindah ke Koto Galapuang. Karenatidak terlihat dari Solok maka dikatakan sbg kotonan ilang. Kemudian datang 8 ninik dariPaninggahan dan Saniang Baka. Nagari inisudah ada sejak era Belanda. Suku : Malayu,Piliang, Jambak, Tanjuang Dan Caniago.Nagari Saok LawehBerasal dari kata panyaok (penutup) nan lawehpada peristiwa perdamaian Silungkang danSolok karena sawah orang Solok direbut olehorang Silungkang. Suku : Malayu Jariang,Malayu Bumbun, Malayu Tabek, Piliang,Sungainapa, Sikumbang, Sumpadang, Kutianyia.Nagari PanyakalanSuku : Kutianyia, Sungai Napa, Tanjuang,Supanjang, Malayu, Balai MansiangKecamatan X Koto Diateh (Berbatasandengan Sawahlunto dan Kota Solok)Nagari KunciaNamanya diambil dari nama kayu kuncir yangsangat besar. Kayu ini menaungi Nagari MuaroPaneh Dan Tanjuang Alai. Suku : Caniago,Piliang, Supanjang, Sumagek, Sungainapa.Nagari Bukik KanduangNinik berasal dari Pariangan Padang Panjang.Niniknya bernama panjang langan (namadaerah panjalangan). Rute : Bukit Koto ke BukikColiak (Pasiliahan), Padang Data, Lubuk Kaki KeKoto Tuo, Galundi (Sawah Laweh). Asal usulnamanya adalah nagari yg dikanduang bukik(bukik marawa, bukik koto (tanah data), bukikcoliak, bukik tungku, bukik batu tajam, bukikpuncak raya). Suku : Piliang Ateh, Piliang Ilia,Piliang Tangah, Piliang Balai, TanjuangBendang, Payo Bada, Caniago Dan Simabua.Nagari PasilihanBerasal dari istilah katitiran di ujung tanduakraja Pagaruyung (Basa Ampekbalai).Sebelumnya bernama Pijak Payo Anyia. Versilain menyatakan bahwa Pasilihan berartiperebutan wilayah antara Tanah Datar denganSawahlunto Sijunjung. Suku : Piliang LimoPayuang, Bodi 5 Payung, 5 Panjang.Nagari Sulik aiaNinik berasal dari Pariangan Padang Panjangmelewati perbukitan Guguak Tigo Tungku,Tanjuang Balik Dan Tanjuang Balai. Suku :Simabua, Limo Singkek, Limo Payung, Piliang.Nagari SibarambangNinik Siba Nan Salapan menyebut mata air ygbergelombang sebagai sibarambang.Sebelumnya Karimbang Batu alang kemudianmenjadi Sibarambang Batu Alang. Pada tahun1983 dimekarkan menjadi dua desa yaituSibarambang Batu Alang dan SibarambangAteh. Suku : Dalimo, Pitopang, Bendang,Sikumbang, Sumpadang.Kecamatan Pantai CerminNagari LoloBerasal dari istilah manyaloloh (maloloh) kabawah. Penduduk taratak menyololoh ke daerahbawah yg lebih luas. Suku pertama yg datang :Malayu, Caniago, Tanjuang. Suku : Malayu,Caniago, Tanjuang Panai, Bendang, TanjuangBatutah, KutianyiaNagari Bidar AlamSebelumnya bernama Bamban/Bumbun. Seorangdubalang nagari ini bernama Dt. InyiakSaradadu berhasil menikam utusan Pagaruyungyang selalu meminta upeti. Mayatnya dibuang disungai yang kemudian terkenal batang batikam.Peristiwa ini membuat Pagaruyung marah danmengirim pasukan ke ‘Rantau XII Koto’ untukmembalas perbuatan ninik tsb. Tapi oleh ninikbumbun diadakan perundingan. Akhirnya ninikbumbun harus membayar denda berupa emassebanyak sekundi sekundio (emas seisi lesungpasuk, secangkir kecil dan sepanjang talibajak).Denda tsb harus dibayar seisi lubang bawahjakun dan seisi lubang ujung pergelangantangan. Fihak Pagaruyung tidak menyukaiperundingan spt ini. Perundingan dilanjutkan diLubuk Baulang.Kasus serupa terjadi lagi pada era Belanda.Inilah yg membuat nagari ini diberi nama bidaalam artinya sinar purnama yg menyinari alam.Leluhur mereka masih berkaitan dg 12 ninik ygmerantau ke ‘Rantau XII Koto’. Ninik ygmenetap di bida alam bernama Inyiak RajoAngek Garang. Suku : Caniago, Malayu, Kampai,Panai, KutianyiaNagari AbaiTiga orang ninik berasal dari Jambi (yg jugaberasal dari Pagaruyung) yaitu Inyiak TalanaiSati di Bukik Kubuang, Inyiak Pintu Basa diSiangik dan Inyiak Rajo Tuo di PadangPadamaian. Waktu masih berupa hutan lebatketiga ninik berusaha saling panggil atau obai-maobai. Suku : Malayu, Kampai, Panai, Caniago,Tigo Lareh, Sikumbang Dan Kutianyia.Nagari Dusun TangahPada masa belanda, 8 ninik berunding untukmencari pemukiman baru karena dusun tuosudah sesak. Ninik yg datang berhubungan dg12 ninik yg merantau di 12 koto :4 Koto Di Ateh : Lb. Gadang, Lb Malako,Bida Alam, Koto Japang4 Koto Di Bawah : Lb. Langaliang, BatuGajah, Pulau Panjang, Tangalau4 Koto Di Tangah : Abai, Dusun Tangah,Batu Kadondong, Sitapuah.Ninik pertama yang menetap : Inyiak TabunTayieh. Suku :1. Malayu Sigintir2. Balai Mansiang3. Malayu Lubuk Bolang4. Sagading Balisik5. Tigo Lareh6. Caniago7. Malayu Kampuang Dalam8. Malayu Sigadiang9. Malayu Tigo LarehKecamatan Lembang JayaNagari Limo LunggoDi nagari ini sering diadakan rapat Ninik MamakKelarasan Koto Nan Anam : Tanah Sirah –Sungai Janiah, Batu Banyak Simpang TanjuangNan Ampek, Limo Lunggo Batu Bajanjang, KotoLaweh Taratak Baru, Koto Tanang Batu Bulek,dan Tanjuang Gadang. Awalnya bernama LimoRunggo. Suku : Caniago, Tanjuang, MalayuNagari Batu BanyakSecara etimologi berasal dari kata ‘batubahanyakkan’ kedalam tanah. Versi lainmengatakan bhw ada batu tempat menyimpankeris dan gong yang hilang. Suku : Malayu,Caniago Dan Tanjuang.Kecamatan Lembah GumantiNagari Alahan PanjangAwalnya datang 2 ninik. Nagari ini dipisahkanoleh sungai Batang Gumanti. Suku : Caniago,Malayu, Tanjuang.Nagari Talang BabungoSebelumnya bernama Alung Bunian. TalangBabungo adalah nama mahar antara gadihlonggah (gadis terlambat nikah) dengan Dt.Bagindo Nan Gadang berupa bunga talang/bambu. Peristiwa ini terjadi di Kinari. Leluhurmereka keturunan dari 13 ninik. Rute : melewatiBatang Palangki Sumpu Garabak Data, BatangTundinan, Perasahan, Sungai Lembah Gumanti,Talaok Koto Tuo. Inyiak Nan 5 : Imam Panjang,Bagindo Nan Gadang, Nan Basa, NanPituan,Rajo Magek. Suku : Caniago, Kutianyia,Elayu, Panai, Koto, Tanjuang.Nagari SirukamBerasal dari nama seorang putri yang‘disurukkan’ karena dikejar oleh tentara dariPagaruyung di lokasi berupa tabek dalam bukit.Juga ada nama tempat menyaruk pohon sirukam.Berkaitan dengan peristiwa 13 ninik yangmenetap di selatan Luhak Tanah Datar. Suku :Malayu, Panai, Tanjuang, Caniago Dan Kutianyi.Nagari SupayangLeluhur berasal dari Gunuang Marapi ygmelewati perbukitan sampai Mundam TanahToraja. Terus ke Lurah Nan Tigo dibuat TaratakBaru, Taratak Baso Dan Taratak Kubang. NamaSupayang berasal dari sumpah yang dipasatihi(sumpah yg diyakini menjadi sakti) dimana adasebuah tempat bersumpahnya 10 orang DatukYg Di Hilir, 10 Di Mudik, 5 I Nagari Siaro-AroDan 5 Datuk Di Supayang (10 Di Hilir + 5 DiKoto Baru Dan 5 Di Mundam Sati). SemunayDisebut Kubuang Barajo ka mufakat (BodiCaniago). Suku : Malayu, Panai, Caniago,Tanjuang, Kutianyia.Nagari Batu BajanjangLeluhur mereka berasal dari Palangki MuaroBodi bernama Inyiak Talanai Sati yg dinikahioleh Inyiak Tuo. Kemudian datang leluhur asalTanjuang Bingkuang yang bersuku Malayu,daerah Kinari bersuku Malayu, dari MuaroPaneh juga bersuku Malayu dan Suku Malayudari Ampek Koto. Suku : Panai, Malayu, Caniago,Tanjuang Muaro Paneh, Tanjuang Kinari,Tanjuang (Tj Bingkuang), Tanjuang KotoAmpek, Koto Dan Kutianyia.Nagari Bukik TandangSebelumnya bernama Lintahan yaitu sebuahtaratak asal orang Bukit Tandang namun sangatbanyak lintahnya. Akhirnya mereka pindah keKoto Tinggi. Tapi ditempat baru ini kesulitan air.Pindah lagi ke Lansano karena terdapat kayulansano disana yang dianggap keramat.Tanah subur ini banyak ditumbuhi berbagaijenis buah2an yang membuat orang banyakbertandang / berkunjung maka dinamakanderah ini bukit tandang. Buah2an yang terkenaladalah durian sehelai sarawa karena untkmendapatkannya harus barter dengan sehelaicelana. Rute perjalanan ninik moyang : Selayo,Cupak, Koto Gadang Guguak, Bukit Tandang.Suku : Caniago, Supanjang, Sungai Napa,Kutianyia, Lubuk Batang.Nagari ParambahanNagari ini sudah ada sejak terjadinya perangJambi dan Minangkabau yg terjadi di PadangSibusuk. Ninik mamak pertama datang berasaldari Kapalo Batu Alam yang kemudianmenelusuri Rimbo Tangah terus ke Dilam.Tujuannya datang untuk mencari hamparanyang cocok utk melaco menjadi taratak.Sesampainya di Bukit Koto, ninik mamak melihatsekeliling ke arah barat sampai daerah GugukPanjang yg disebut Nagari Parambahan. Ninikmamak yang meninggal dikuburkan di Kinari.Suku : Tanjuang, Panai, Caniago Dan Kutianyia.Nagari KinariNinik mamak berasal dari Linjuang Koto Tinggi.Rute perjalanan melalui Dilam terus keParambahan. Suku : Malayu, Malayu Panai,Tanjuang, Koto, Caniago, Guci, Kutianyia danSikumbang.


Rabu, 01 Agustus 2012

Tuanku Imam BonjolTuanku Imam BonjolGambar Tuanku Imam Bonjol oleh Hubert deStuers (sekitar 1820)Pemimpin PadriMasa jabatank.1821 – k.1837Penguasa monarki PagaruyungInformasi pribadiLahir 1772BonjolMeninggal 6 November 1864MinahasaKebangsaan MinangkabauAgama IslamTuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol,Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772 -wafat dalam pengasingan dan dimakamkan diLotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864),adalah salah seorang ulama, pemimpin danpejuang yang berperang melawan Belandadalam peperangan yang dikenal dengan namaPerang Padri pada tahun 1803-1838.[1]Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagaiPahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SKPresiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973,tanggal 6 November 1973.[2]Nama dan gelarNama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalahMuhammad Shahab, yang lahir di Bonjolpada tahun 1772. Dia merupakan putra daripasangan Bayanuddin (ayah) dan Hamatun(ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin, merupakanseorang alim ulama yang berasal dari SungaiRimbang, Suliki, Lima Puluh Kota.[3] Sebagaiulama dan pemimpin masyarakat setempat,Muhammad Shahab memperoleh beberapagelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, danTuanku Imam. Tuanku nan Renceh dariKamang, Agam sebagai salah seorangpemimpin dari Harimau nan Salapan adalahyang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin)bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebihdikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.Riwayat perjuanganArtikel utama untuk bagian ini adalah:Perang PadriTak dapat dimungkiri, Perang Padrimeninggalkan kenangan heroik sekaligustraumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar18 tahun pertama perang itu (1803-1821)praktis yang berperang adalah sesama orangMinang dan Mandailing atau Batak umumnya.Pada awalnya timbulnya peperangan inididasari keinginan dikalangan pemimpin ulamadi kerajaan Pagaruyung untuk menerapkandan menjalankan syariat Islam sesuai denganAhlus Sunnah wal Jamaah (Sunni) yangberpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasullullah shalallahu 'alaihi wasallam.Kemudian pemimpin ulama yang tergabungdalam Harimau nan Salapan meminta TuankuLintau untuk mengajak Yang DipertuanPagaruyung beserta Kaum Adat untukmeninggalkan beberapa kebiasaan yang tidaksesuai dengan Islam (Bid'ah).Dalam beberapa perundingan tidak ada katasepakat antara Kaum Padri (penamaan bagikaum ulama) dengan Kaum Adat. Seiring itudibeberapa nagari dalam kerajaan Pagaruyungbergejolak, dan sampai akhirnya Kaum Padridibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerangPagaruyung pada tahun 1815, dan pecahpertempuran di Koto Tangah dekat BatuSangkar. Sultan Arifin Muningsyah terpaksamelarikan diri dari ibukota kerajaan keLubukjambi.Pada 21 Februari 1821, kaum Adat secararesmi bekerja sama dengan pemerintah Hindia-Belanda berperang melawan kaum Padri dalamperjanjian yang ditandatangani di Padang,sebagai kompensasi Belanda mendapat hakakses dan penguasaan atas wilayah darek(pedalaman Minangkabau).[4] Perjanjian itudihadiri juga oleh sisa keluarga dinastikerajaan Pagaruyung di bawah pimpinanSultan Tangkal Alam Bagagar yang sudahberada di Padang waktu itu.Campur tangan Belanda dalam perang ituditandai dengan penyerangan Simawang danSulit Air oleh pasukan Kapten Goffinet danKapten Dienema awal April 1821 atas perintahResiden James du Puy di Padang, Dalam hal iniKompeni melibatkan diri dalam perang karena"diundang" oleh kaum Adat.Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan padricukup tangguh sehingga sangat menyulitkanBelanda untuk menundukkannya. Oleh sebabitu Belanda melalui Gubernur Jendral Johannesvan den Bosch mengajak pemimpin Kaum Padriyang waktu itu telah dipimpin oleh TuankuImam Bonjol untuk berdamai dengan maklumatPerjanjian Masang pada tahun 1824. Hal inidimaklumi karena disaat bersamaan Bataviajuga kehabisan dana dalam menghadapipeperangan lain di Eropah dan Jawa sepertiPerang Diponegoro. Tetapi kemudianperjanjian ini dilanggar sendiri oleh Belandadengan menyerang nagari Pandai Sikek.Namun, sejak awal 1833 perang berubahmenjadi perang antara kaum Adat dan kaumPaderi melawan Belanda, kedua pihak bahu-membahu melawan Belanda, Pihak-pihak yangsemula bertentangan akhirnya bersatumelawan Belanda. Diujung penyesalan munculkesadaran, mengundang Belanda dalam konflikjustru menyengsarakan masyarakatMinangkabau itu sendiri. [5] Bersatunya kaumAdat dan kaum Padri ini dimulai denganadanya kompromi yang dikenal dengan namaPlakat Puncak Pato di Tabek Patah yangmewujudkan konsensus Adat basandi Syarak,Syarak basandi Kitabullah (Adat berdasarkanAgama, Agama berdasarkan Kitabullah ( Al-Qur'an)).Rasa penyesalan Tuanku Imam Bonjol atastindakan kaum Padri atas sesama orangMinang, Mandailing dan Batak, terefleksidalam ucapannya Adopun hukum Kitabullahbanyak lah malampau dek ulah kito juo. Baadek kalian? (Adapun banyak hukum Kitabullahyang sudah terlangkahi oleh kita. Bagaimanapikiran kalian?).[5]Penyerangan dan pengepungan benteng kaumPadri di Bonjol oleh Belanda dari segalajurusan selama sekitar enam bulan (16Maret-17 Agustus 1837)[6] yang dipimpin olehjenderal dan para perwira Belanda, tetapidengan tentara yang sebagian besar adalahbangsa pribumi yang terdiri dari berbagaisuku, seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon.Dalam daftar nama para perwira pasukanBelanda, terdapat Mayor Jendral Cochius,Letnan Kolonel Bauer, Mayor Sous, KaptenMacLean, Letnan Satu Van der Tak, PembantuLetnan Satu Steinmetz. dan seterusnya, tetapijuga terdapat nama-nama Inlandsche ( pribumi)seperti Kapitein Noto Prawiro, InlandscheLuitenant Prawiro di Logo, Karto Wongso WiroRedjo, Prawiro Sentiko, Prawiro Brotto, danMerto Poero.Terdapat 148 perwira Eropa, 36 perwirapribumi, 1.103 tentara Eropa, 4.130 tentarapribumi, Sumenapsche hulptroepen hieronderbegrepen (pasukan pembantu Sumenep,Madura). Serangan terhadap benteng Bonjoldimulai orang-orang Bugis yang berada dibagian depan dalam penyerangan pertahananPadri.Dari Batavia didatangkan terus tambahankekuatan tentara Belanda, dimana padatanggal 20 Juli 1837 tiba dengan Kapal Perledi Padang, Kapitein Sinninghe, sejumlah orangEropa dan Afrika, 1 sergeant, 4 korporaals dan112 flankeurs. Yang belakangan ini menunjukkepada serdadu Afrika yang direkrut olehBelanda di benua itu, kini negara Ghana danMali. Mereka juga disebut Sepoys dan berdinasdalam tentara Belanda.Penangkapan dan pengasinganSetelah datang bantuan dari Batavia, makaBelanda mulai melanjutkan kembalipengepungan, dan pada masa-masaselanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjolbertambah sulit, namun ia masih tak sudi untukmenyerah kepada Belanda. Sehingga sampaiuntuk ketiga kali Belanda mengganti komandanperangnya untuk merebut Bonjol, yaitu sebuahnegeri kecil dengan benteng dari tanah liatyang di sekitarnya dikelilingi oleh parit-parit.Barulah pada tanggal 16 Agustus 1837,Benteng Bonjol dapat dikuasai setelah sekianlama dikepung.Dalam bulan Oktober 1837, Tuanku ImamBonjol diundang ke Palupuh untuk berunding.Tiba di tempat itu langsung ditangkap dandibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudiandipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak,Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhiritu ia meninggal dunia pada tanggal 8November 1864. Tuanku Imam Bonjoldimakamkan di tempat pengasingannyatersebut.PenghargaanPerjuangan yang telah dilakukan oleh TuankuImam Bonjol dapat menjadi apresiasi akankepahlawanannya dalam menentangpenjajahan,[7] sebagai penghargaan daripemerintah Indonesia yang mewakili rakyatIndonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjoldiangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesiasejak tanggal 6 November 1973.Selain itu nama Tuanku Imam Bonjol jugahadir di ruang publik bangsa sebagai namajalan, nama stadion, nama universitas, bahkanpada lembaran Rp 5.000 keluaran BankIndonesia 6 November 2001.[8]Rujukan1. ^ Radjab, M., (1964). Perang Paderi diSumatera Barat, 1803-1838. Balai Pustaka.2. ^ Direktorat Urusan Kepahlawanan danPerintis Kemerdekaan, (1991), Wajah dansejarah perjuangan pahlawan nasional, Vol.3, Departemen Sosial R.I., DirektoratUrusan Kepahlawanan dan PerintisKemerdekaan.3. ^ Muhammad Syamsu As, Ulama pembawaIslam di Indonesia dan sekitarnya, Lentera,19964. ^ G. Kepper, (1900), Wapenfeiten van hetNederlands Indische Leger; 1816-1900,M.M. Cuvee, Den Haag.5. ^ a b Sjafnir Aboe Nain, , (2004), MemorieTuanku Imam Bonjol (MTIB), transl.,Padang: PPIM.6. ^ G. Teitler, 2004, Het einde Padri Oorlog:Het beleg en de vermeestering van Bondjol1834-1837: Een bronnenpublicatie,Amsterdam: De Bataafsche Leeuw, 59-183.7. ^ Kompas 10/11/2007 Oleh Suryadi, Dosendan Peneliti pada Opleiding Talen enCulturen van Zuidoost-AziĆ« en OceaniĆ«,Universiteit Leiden, Belanda8. ^ www.tokohindonesia.com Imam Bonjol,Tuanku (diakses pada 23 Juli 2010)